Aku bahagia kalau...
Banyak orang mencari kebahagiaan, termasuk yang nulis ini. Saya rasa, hampir setiap manusia ingin bahagia, terlepas dari budaya dan suku bangsanya. Banyak yang mencari kebahagiaan, tetapi sedikit yang berhasil mengartikan bahagia itu sendiri apa. Coba tanya 5 orang temanmu, mungkin definisi "bahagia" mereka berbeda- beda. Saya bahagia kalau apa ya? Makan coklatkah? Karena ada di iklan- iklan "You can't buy happiness, but you can buy chocholate, it is almost the same thing." Tapi makan coklat banyak sekalipun, yang ada malah tenggorokan gatal dan batuk.
Saya bahagia kalau apa ya?
Liburan yang terbaikkah?
Dapat promosi gaji berkali lipat?
Makan makanan terenak di dunia?
Terkadang, kalau kita belum bisa mendefinisikan bahagia itu, susah untuk menemukan kebahagiaan itu.
Bahagia itu sekarang
Usaha mendefinisikan kebahagiaan seseorang akan berujung gagal kalau dia membiarkan faktor luar menjelaskan arti itu sendiri. Dengan kata lain, kebahagiaan itu datang dari keputusan internal tentang kondisi kita sekarang; bukan nanti, tidak ketika kita dapat berkat, tidak ketika ada rejeki nomplok, tetapi sekarang.
Bahagia itu datang dari keputusan internal kita. Saya memilih untuk bahagia sekarang.Rupanya, saya menyadari kalau hati ini susah berbahagia ketika kita susah menerima dan mengucap syukur atas apa yang kita punyai sekarang. Oh... rupanya ada hubungan antar berbahagia dengan mengucap syukur.
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 1 Tesalonika 5:16-18
Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku. Mazmur 118:21Mengucap syukur adalah sesuatu yang dikehendaki oleh Allah, dan sesuatu yang sangat baik, kenapa? Karena ketika manusia bisa menerima keadaannya sekarang, dan bisa mengucap syukur atasnya, pada momen itulah dia bisa berbahagia.
Bahagia itu tidak terpengaruh dari kondisi di luar, tetapi saat dia bisa memutuskan untuk bersukacita dan mengucap syukur. Itulah saat kita bahagia.
Mari kita mulai mengucap syukur dan stop menggerutu.
Mari kita mulai lepaskan kepada Tuhan apa yang menjadi kegelisahan kita, dan mulai mengucap syukur atas apa yang kita punyai.
Mari kita putuskan untuk bahagia sekarang.
Comments
Post a Comment