![]() |
Community in Christ |
Apa strategi Yesus dalam menyebarkan ajaran-Nya?
Kalau kita melihat narasi dari kisah kehidupan Yesus yang didokumentasikan dari ke-4 injil, maka seorang akan sampai pada satu kesimpulan bahwa Yesus tidak membuat strategi yang bombastis dan keren. Yesus menghabiskan 3.5 tahun pelayanan hanya dengan beberapa orang murid yang nantinya menyebarkan kekristenan di dunia. Kalaupun bisa disebut kunci sukses, kelompok kecil dan komunitas itulah menjadi strategi utama Yesus.
Seiring dengan perkembangan gereja, para murid di Kisah Para Rasul mulai meniru apa yang Yesus ajarkan kepada mereka selama 3.5 tahun dan hasilnyapun luar biasa: jemaat bertumbuh secara kuantitas dan kualitas. Dalam blog ini kita ingin melihat apa yang menjadi ciri dari komunitas kelompok sel yang sehat.
Komunitas berbeda dengan perkumpulan: anda tidak meminta maaf ke penonton kalau telat datang ke bioskop.Coba kita lihat dari KIS 2:41, "orang- orang yang menerima perkataannya itu..." ciri pertama dari komunitas yang sehat adalah mereka yang tunduk kepada otoritas.
Menerima Otoritas
Perkumpulan berbeda dengan komunitas ilahi yang Yesus ajarkan, dimana Yesus mengajarkan nilai tunduk kepada otoritas yang lebih tinggi. Yesus sendiri mengajarkan bahwa Dia tidak bisa melakukan apapun kalau Bapa tidak menyuruh-Nya (Yoh. 5:19). Otoritas yang diterima itu akan membunuh kesombongan dan menyuburkan kerendahhatian dalam diri seorang percaya. Suatu hubungan yang otentik baru dapat dilihat ketika ada teguran yang diberikan dan diterima dengan baik. Pasti orang itu akan bertumbuh kerohaniannya (coba renungkan Amsal 18:1).
Sebuah perkumpulan belum tentu mau tunduk kepada otoritas apalagi kalau sudah mengusik zona nyamannya. Tetapi komunitas orang percaya didesain Tuhan Yesus untuk tunduk kepada pimpinan dan otoritas. Memang hal ini kurang populer di kalangan generasi millenials, tetapi inilah salah satu
Mau Diajar
Tanda kedua adalah KIS 2:42, "mereka bertekun dalam pengajaran rasul- rasul..." gereja mula- mula mau diajar dan menerima pengajaran dari otoritas para rasul. Akibatnya adalah persekutuan yang terjadi itu sehat. Apa sih yang diajarkan? Nilai- nilai kerajaan Allah. Bagaimana seseorang mau bersekutu kalau nilai kehidupannya berbeda? Sebuah komunitas akan maksimal kalau mereka memiliki persamaan nilai kehidupan.
Apa yang membuat suatu kegerakan dengan visi yang sama bisa pecah? Karena nilainya berbeda antar individu. Pastikan dalam komunitas anda ada budaya mau diajar. Tentu pengajaran yang diberikan sesuai dengan Firman Tuhan. Apa akibat dari orang yang menerima pengajaran? Dalam ayat yang sama mereka juga memecahkan roti dan berdoa. Terjadi sinergi antara masing- masing individu. Ada kegerakan doa, ada kesatuan hati, kesatuan roh.
Doa itu terjadi akibat persekutuan dan nilai hidup yang sama.
Senang Berkumpul
Ketika gereja mula- mula berkumpul, tercatat dalam ayat 46, mereka berkumpul di gereja dan bergiliran bertemu di rumah para jemaat sembari memecahkan roti atau makan- makan istilahnya. Komunitas gereja yang sehat adalah mereka yang senang untuk berkumpul dan bersekutu. Persekutuan yang sehat adalah persekutuan yang bukang menggosip satu sama lain, tetapi ada nilai kebenaran yang dibagikan.
Atmosfir Spiritual Terbangun
Komunitas yang sehat itu mereka sudah terinfeksi dengan hadirat Yesus dan akibatnya mereka menampilkan kehidupan berkarakter Yesus. Ada keseimbangan antara hal spiritual dan natural. Sebuah komunitas yang cenderung terlalu spiritual bisa melupakan bahwa mereka masih berjalan di bumi, sebaliknya komunitas yang cenderung terlalu logika memberikan ruang sempit untuk Roh Kudus berkarya.
Di ayat 43, komunitas gereja mula- mula tercengang karena ada mujizat dan tanda yang ditunjukan Roh. Tetapi mereka tidak melupakan kebutuhan sesama mereka dan saling mencukupkan. Ini adalah bukti kerjasama yang baik antara rohani dan natural.
Tetap Bersatu
Ciri terakhir dari Kisah Para Rasul ada di ayat 44, "semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu..." Ada perbedaan antara bersatu dan tetap bersatu. Untuk yang terakhir dibutuhkan kontinuitas, komitmen, dan kerjasama antar semua individu. Bersatu untuk sesaat mudah saja, tetapi tetap bersatu untuk jangka waktu yang lama itu lain hal. Sebuah komunitas yang sehat akan mengalami masalah dan badai, itu normal! Justru Roh Kudus akan menggunakan masalah untuk mendewasakan karakter orang percaya di komunitas tersebut.
Nah itulah ciri- ciri komunitas yang sehat, coba kita refleksikan komunitas kita, apakah ada yang perlu diperbaiki dan ditambahkan? Salam komunitas!
Comments
Post a Comment