![]() |
Dapat kiriman WA tentang gereja palsu...
Ketika membuka WA tersebut, penulis beranggapan gereja palsu adalah gereja yang dokrinnya salah, atau dia mungkin sudah tidak bertuhankan Allah tritunggal, atau mungkin mengijinkan praktik dosa dilakukan di gereja tersebut. Tetapi yang lebih difokuskan adalah praktik- praktik lahiriah dari gereja itu, lokasi dimana gereja itu berada, dan juga liturgi dari gereja yang dipermasalahkan. Menurut penulis ini adalah sebuah pengamatan yang dangkal dan patut diduga terkesan tebang pilih. Sayang sekali sebetulnya kalau orang Kristen saling menyerang tubuh Kristus, walaupun penulis menangkap isi hati dari sang admin adalah baik.
Tidak usahlah kita gubris apa itu yang palsu (kalau benar itu palsu...), cukup kita ketahui kuasa dari ibadah yang sejati saja di blog kali ini ya. Haleluya!
Kuasa Dari Sebuah Ibadah
Apa yang kita harapkan dari sebuah ibadah yang sejati? Banyak sebetulnya ayat yang mengajarkan tetang ibadah, tetapi dalam blog ini, penulis mau mengulas tentang 2 Korintus 3:18,
Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.Rupanya dalam pemahaman Paulus, ibadah yang sejati bersifat mengubahkan dan itu berdasar dari kemuliaan Tuhan yang terpancar dari ibadah tersebut. Konteks pasal ini sedang berbicara tentang pelayan- pelayan perjanjian baru yang lebih dahsyat dan hebat dibanding pelayan perjanjian lama yaitu hukum taurat.
Sebuah ibadah yang sejati layaknya merefleksikan kemuliaan Tuhan yang akan mengubah hati dan sikap para jemaatnya. Karena itu, sebuah ibadah yang tidak berfokus kepada Kristus, tidak berfokus kepada manifestasi hadirat Tuhan-- dia belum maksimal. Karena jemaat akan diubahkan ketika mereka bertemu dengan Yesus baik lewat liturgi, pembacaan Alkitab, pujian penyembahan, dan juga para pekerja di gereja tersebut.
Jemaat tidak berubah dengan gedung yang mewah, lighting dan sound system. Itu semua adalah aksesoris untuk sebuah esensi: manifestasi kemuliaan Tuhan.
Jangan sampai kita melayani bertahun- tahun tetapi gagal berubah, dan malah berfokus kepada keduniawian belaka. Kita akan pindah sebentar ke perikop lain untuk memahami contoh pekerja yang gagal berubah.
Banyak Pengerja Ibadah Terancam Gagal Berubah
Kenapa penulis merasa begitu? Karena tantangan bagi para pengerja ibadah adalah apakah mereka bisa mempertahankan hati nurani yang murni di dalam pelayanan selama bertahun- tahun?
Ingat tidak perumpamaan di dalam Matius 19 tentang seorang muda yang kaya. Dia ingin mendapatkan hidup yang kekal itu, dan Yesus memberikan solusinya, "juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang- orang miskin... kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku." Pemuda yang kaya itu tertunduk sedih dan pergi meninggalkan Yesus karena banyaknya harta dia.
Kisah ini tidak klimaks di sini, karena Yesus berbicara di depan para murid-Nya.
Ini adalah para murid yang telah meninggalkan segala sesuatu...
Mereka adalah murid yang meninggalkan keluarga, pekerjaan, istri, untuk mengikuti Yesus kemana-mana...
Mereka berpikir, " Wah saya sudah melakukan seperti yang Yesus minta, saya pasti dapat bagian besar nih!"
Petrus memberanikan diri bertanya kepada Yesus.
Guru, maaf, kami tidak seperti pemuda kaya yang tidak berani meninggalkan hartanya [dengan nada sombong sedikit]... Kami sudah meninggalkan segala sesuatunya, kira- kira apa yang kami dapat Tuhan? (Mat. 19:27-30)
Petrus berpikir dia akan mendapat bagian yang sangat banyak karena sudah mengikut Tuhan dan meninggalkan segalanya. Yesus menjawab dengan memberikan sebuah perumpamaan tentang pekerja upahan di kebun anggur. Di dalam Matius 20:1-16, Yesus berkisah tentang seorang tuan rumah yang pergi mencari pekerja upahan untuk kebun anggurnya. Dia mencari pekerja dari jam 6 pagi, 9 pagi, dan terus sampai jam 5 sore.
Pada saat jam 6 sore, tuan rumah membagi- bagikan upah sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Para pekerja jam 5 sore mendapatkan upah 1 dinar--sama persis dengan upah orang yang bekerja dari jam 6 pagi. Waaahhh... melihat itu, para pekerja jam 9 pagi girang luar biasa karena berpikir, "Dia bekerja 1 jam saja dapat upah 1 dinar, kita bekerja dari pagi, pasti dapat lebih dari bos nih."
Betapa terkejutnya mereka ketika menyadari upah yang diberikan itu sama... satu dinar sesuai kesepakatan.
Pekerja Pagi = Pekerja #gagalberubah
Yesus menempelak para pengerja pagi itu, "iri hatikah engkau, karena aku murah hati?" (Ay. 15).
Pertanyaan yang patut direnungkan,
Kepada siapakah perumpamaan ini Tuhan Yesus berikan?Menurut penulis, Yesus sedang mengajar kepada para murid-Nya yang sudah meninggalkan segala sesuatunya, bekerja untuk Yesus dari pagi dan mengikuti Yesus dari awal pelayanan-Nya... bahwa, jangan sampai mereka marah, iri hati, dan akhirnya gaga untuk menerima upah hidup yang kekal itu.
Bagi kita hari ini, yang telah melayani dengan setia di setia gereja lokal kita. Apakah kuasa ibadah itu mengubahkan kita hari demi hari sampai kita menjadi serupa dengan gambar-Nya? Atau kita seperti pekerja upahan di pagi hari yang mengakhiri pelayanan dengan marah- marah, iri hati, dan bersungut- sungut?
Kalau kita masih bersungut- sungut, marah- marah, dan cenderung iri hati-- itulah tanda- tanda ibadah yang tidak mengubahkan alias imitasi!
Alamilah kuasa ibadah yang sejati dan jangan mau tertipu dengan yang imitasi!
Comments
Post a Comment