Skip to main content

The Gospel - Bible Study Series

Injil Yang Sejati 

Memasuki tahun 2018, kita akan belajar satu kitab yang bisa dikatakan ringkasan dari teologi keselamatan kekristenan yaitu kitab Galatia. Awal tahun adalah waktu yang pas untuk kita mengulang dan mempelajari kembali kasih karunia Tuhan yang begitu besar dalam menyelamatkan umat manusia.

Post kali ini akan membahas Galatia pasal 1 secara ringkas tetapi cukup mendalam untuk mendapatkan maknanya. Saya ajak teman- teman untuk membaca dahulu Galatia pasal 1 - 6 untuk mendapatkan gambaran besarnya.

Kenapa Paulus Menulis Galatia?

Di pasal pertama dalam ayat 7-8 dijelaskan alasan utama kenapa Galatia ditulis. Perhatikan bagaimana Paulus menulis dengan nada sedikit keras dan tegas.
Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil yang lain.
Jemaat Galatia ternyata sudah pernah mendengar Injil yang sejati, menghidupinya, dan sekarang malah berbalik 180 derajat. Paulus menyamakan injil dengan kasih karunia Kristus, karena memang injil esensinya adalah kasih karunia. Paulus menulis di Efesus bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia melalui iman. Dinamakan kasih karunia karena kita tidak layak dan tidak mampu membayar keselamatan itu, maka Allah memberikannya secara cuma- cuma. Walaupun cuma- cuma, tetapi itu dibayar dengan darah Yesus dan hidup-Nya. Sekarang kita menerima keselamatan dengan beriman kepada Yesus Kristus!

Terkutuklah Dia !

Paulus begitu marah, sehingga dia menulis kutukan sebanyak dua kali bagi mereka yang berusaha memutarbalikkan kebenaran (ay. 8-9). Wah, Paulus tidak main- main dengan kebenaran injil dan seharusnya sikap kitapun demikian. Kita tidak bisa main- main dengan injil Kristus. Pertanyaan praktikal dalam konteks kita sekarang, adalah apakah kita memperhatikan konten dan isi firman dari mimbar gereja setiap Minggunya? Atau kita tidak peduli dengan kebenaran firman yang diberitakan?

Injil Yang Lain

Di dalam ayat ke 10, Paulus menjelaskan bahwa dia tidak mencari kesenangan manusia; Paulus tidak mencari muka dengan berbicara kebenaran, justru hidupnya malah diancam dan dihina oleh orang- orang pendusta itu. Kita harus mengerti konteks jaman itu.

Orang Yahudi percaya bahwa mereka selamat karena lahir sebagai anak Abraham, dan masuk dalam perjanjian Tuhan dengan mentaati hukum taurat. Selama mereka mentaati hukum taurat, mereka pasti selamat. Paulus mengabarkan sebuah kabar baik yang mengatakan bahwa hukum taurat tidak menyelamatkan, tetapi menaruh percaya dan beriman kepada Kristuslah yang menyelamatkan! Inilah yang mengejutkan orang Yahudi saat itu. 

Para penyesat ini menambahkan syarat kepada jemaat Galatia bahwa percaya kepada Yesus saja tidak cukup, dan harus ditambahkan dengan taat kepada hukum taurat, disunat, dan mengikuti hukum- hukum di dalamnya. Inilah yang Paulus berusaha tangkal lewat surat ini. 

Otoritas Paulus Dalam Menginjili

Kemungkinan besar, para penyesat ini juga mempertanyakan otoritas Paulus dalam berkotbah. Mereka tahu bahwa Paulus bukanlah salah satu ke-12 murid Yesus. Mungkin mereka menghasut jemaat Galatia bahwa pewahyuan Paulus adalah sesat. 

Karena itu ayat 11- 24, penting bagi Paulus untuk dia membela kerasulannya. Paulus menegaskan bahwa injil yang dia kabarkan didapat langsung dari penyataan oleh Kristus semasa perantauannya ke tanah Arab dan Damsyik (ay.12, 16). Paulus tidak diajari oleh manusia, tetapi diajari langsung oleh Allah. 

Sekalipun begitu, Paulus tidak merasa sombong dan paling benar. Dia kembali ke Yerusalem untuk mengkonfirmasi apa yang dia beritakan ini adalah benar kepada para rasul di Yerusalem, khususnya Kefas.

Paling Penting Hidup Jadi Berkat

Apa contoh hidup yang diselamatkan? Paulus menjelaskan dengan hidupnya di ayat 23 - 24. Paulus bersaksi lewat hidupnya bahwa dulu orang mendengar bahwa dia adalah pembunuh iman kristen, tetapi sekarang malah menjadi pembela iman. Itulah yang seharusnya kita kejar. Bukan sebatas pengajaran dan kebenaran doktrin, tetapi apakah hidup kita menjadi berkat di masyarakat apa tidak.

Jangan lupa untuk subscribe dan nantikan seri pendalaman Alkitab selanjutnya. 


Comments

Popular posts from this blog

Perisai iman, Ketopong Keselamatan, dan Pedang Roh

“Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah” Efesus 6:16-17 Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan firman megenai perlengkapan senjata Allah, dan ada 3 hal yang akan kita bahas: perisai iman, ketopong keselamatan, dan pedang Roh. Ketiga hal ini juga sama pentingnya untuk pertahanan dan juga perlawanan kita kepada Iblis. Ingat bahwa Paulus meminta kita untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, tidak hanya sebagian (ay.11). Ide dan sumber inspirasi artikel ini diambil dari buku The Invisible War: What Every Believer Needs to Know About Satan, Demons& Spiritual Warfare oleh Chip Ingram . Perisai Iman Perisai yang dipakai oleh tentara Romawi jaman itu bukan perisai berbentuk bulat dan kecil, tetapi perisai besar yang mungkin setinggi dada orang dewasa dan bisa dikaitkan sisinya ke perisai yang lain sehingga m...

Lima Ciri Komunitas Sehat

Community in Christ Apa strategi Yesus dalam menyebarkan ajaran-Nya? Kalau kita melihat narasi dari kisah kehidupan Yesus yang didokumentasikan dari ke-4 injil, maka seorang akan sampai pada satu kesimpulan bahwa Yesus tidak membuat strategi yang bombastis dan keren. Yesus menghabiskan 3.5 tahun pelayanan hanya dengan beberapa orang murid yang nantinya menyebarkan kekristenan di dunia. Kalaupun bisa disebut kunci sukses, kelompok kecil dan komunitas itulah menjadi strategi utama Yesus.  Seiring dengan perkembangan gereja, para murid di Kisah Para Rasul mulai meniru apa yang Yesus ajarkan kepada mereka selama 3.5 tahun dan hasilnyapun luar biasa: jemaat bertumbuh secara kuantitas dan kualitas. Dalam blog ini kita ingin melihat apa yang menjadi ciri dari komunitas kelompok sel yang sehat. Komunitas berbeda dengan perkumpulan: anda tidak meminta maaf ke penonton kalau telat datang ke bioskop.   Coba kita lihat dari KIS 2:41, "orang- orang yang menerima perkat...

Apa Kita Tidak Boleh Menggerutu?

Picture is not mine. Taken from davidcannistraci.org Bangsa Israel Menggerutu. Allah Kirim Api. Di kitab Bilangan 11 kita membaca mengenai kisah bangsa Israel yang menggerutu mengenai ketidaknyamanan mereka di padang pasir, serta mereka teringat makanan yang mereka makan di tanah Mesir. Mereka menggerutu, bersungut- sungut, dan Tuhan marah. Tercatat di ayat 1, "menyalalah api Tuhan di antara mereka dan merajalela di tepi perkemahan." Rupaya Tuhan menganggap serius dosa menggerutu/ bersungut- sungut loh! Menggerutu pada dasarnya adalah sikap yang menyatakan ketidakpuasan manusia akan hidup. Pada Bilangan 11:4-6, kita membaca Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa- apa... Tetapi sekarang kita kurus kering... Bangsa Israel tidak puas dengan kondisi hidup mereka di padang gurun. Padahal oleh erangan mereka sendiri, TUHAN membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Menyatakan ketidakpua...