Skip to main content

Makna Palungan Di Natal Ini

Yesus terlahir di palungan: kotor, bau, dan tidak layak.

Sebentar lagi kita merayakan natal yang umumnya jatuh pada tanggal 25 Desember. Walaupun Yesus tidak terlahir persis tanggal itu, tetapi bapa bapa gereja telah melahirkan tradisi natal ini bagi kita semua.

Mari kita merenungkan sejenak ayat ini,
Anak itu dibungkusnya dengan kain, lalu diletakkan di dalam palung berisi jerami; sebab mereka tidak mendapat tempat untuk menginap.
Saudara tahu apa itu palungan? Palung berisi jerami biasa ditaruh di kandang ternak untuk kuda dan sapi bisa makan.

Malam hari itu, Yusuf dan Maria mengetuk setiap pintu hotel sambil tergesa- gesa karena Maria sudah kesakitan bersalin dan tidak ada hotel atau tempat penginapan yang kosong di Bethlehem. Yusuf dan Maria diminta untuk balik ke kota asal mereka dari Nazareth karena ada sensus penduduk. Pas di Bethlehem, tibalah waktunya untuk bayi Yesus dilahirkan.

Saya tidak bisa membayangkan raut muka dari Maria ketika harus menyadari fakta, bahwa dia akan melahirkan di kandang ternak. Buru- buru Yusuf memanggil bidan yang seadanya kala itu, dia sibuk mencari air dan kain untuk persalinan Maria. Yusuf kumpulkan jerami- jerami bersih untuk tempat Maria tidur dan bersandar. Sementar Maria sudah menahan sakit sedari tadi...

Yusuf mungkin bertanya- tanya, "kenapa anak ini harus lahir di tempat kotor, bau, dan tidak layak seperti ini?" Ahhh... rumah saya di Nazareth jauh lebih layak! Tetapi tidak ada waktu untuk berkeluh, karena Maria sudah mau mengeluarkan bayinya dan ooeekkk... lahirlah itu bayi.

Malaikat Tertegun Sejenak

Saya membayangkan para malaikat berebut tempat duduk di Surga demi memandang peristiwa yang menurut mereka aneh bin ajaib. Raja yang mereka sembah di atas sana, harus lahir di kandang domba dan kuda di bawah sini. Mereka terharu karena Yesus terlahir di dunia sebagai manusia dan memenuhi nubuatan ribuan tahun umurnya... "Keselamatan sungguh datang bagi umat manusia!" gumam para malaikat.

Dengan segera, paduan suara malaikat mencari tempat terbaik untuk memuliakan Allah dan mereka memilih tempat yang tidak jauh dari Bethlehem, di suatu padang rumput dengan beberapa gembala dan kawanan domba. Mulailah malaikat itu bernyanyi dengan suara super merdu,
Terpujilah Allah di tempat yang tertinggi! Dan di atas bumi, sejahteralah manusia yang menyenangkan hati Tuhan.
Para gembala bingung dengan kejadian menakjubkan itu. Bayangkan, malam yang gelap, tiba- tiba bintang- bintang di langit seakan berubah menjadi hidup dan tampillah ratusan malaikat bernyanyi di langit sebagai podium mereka!

Tanpa berlama- lama para gembala pergi dan menemukan bayi itu di atas palungan. Bayi yang lahir di tempat yang kotor, bau, dan tidak layak mendapat sorakan malaikat seantero surga. Bayi apakah ini gumam para gembala?

Kenapa Palungan?

Saya merenungkan dan bertanya sama Tuhan, kenapa harus di palungan? Kenapa Yesus tidak lahir di rumah Yusuf saja yang meskipun kecil tetapi lebih layak. Lama aku merenung dan seakan Tuhan menjawab dengan suara yang sejuk, damai, dan menusuk...

"Nak, palungan itu adalah hidupmu..."

Saya makin bingung, dan bertanya balik, "Loh kok palungan itu saya, kan saya bukan ternak dan masih tinggal beratap loh Tuhan." Suara itu kembali menjawab dengan senyuman hangat,

"Nak, hidupmu juga kotor, bau, dan tidak layak... penuh dosa, tetapi Yesus, memilih untuk terlahir di situ. Kami pikir, itulah tempat terbaik bagi Yesus untuk bersama manusia di bumi..."

Seketika itu juga, hati saya lumer di hadapan Tuhan. Ooohh... rupanya palungan itu saya. Hidup saya yang kotor karena dosa, bau karena dosa, dan tidak layak. Yesus memilih untuk lahir di palungan untuk memberikan harapan kalau saya diterima dan dikasihi oleh Allah!

Sungguh hatiku meluap dengan ucapan syukur dan air mata setitik demi setitik keluar... aku tidak menyangka, Allah itu begitu besar kasih-Nya akan dunia ini. Dia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, untuk terlahir di palungan--di hati saya, selagi masih berdosa ini.

Comments

Popular posts from this blog

Perisai iman, Ketopong Keselamatan, dan Pedang Roh

“Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah” Efesus 6:16-17 Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan firman megenai perlengkapan senjata Allah, dan ada 3 hal yang akan kita bahas: perisai iman, ketopong keselamatan, dan pedang Roh. Ketiga hal ini juga sama pentingnya untuk pertahanan dan juga perlawanan kita kepada Iblis. Ingat bahwa Paulus meminta kita untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, tidak hanya sebagian (ay.11). Ide dan sumber inspirasi artikel ini diambil dari buku The Invisible War: What Every Believer Needs to Know About Satan, Demons& Spiritual Warfare oleh Chip Ingram . Perisai Iman Perisai yang dipakai oleh tentara Romawi jaman itu bukan perisai berbentuk bulat dan kecil, tetapi perisai besar yang mungkin setinggi dada orang dewasa dan bisa dikaitkan sisinya ke perisai yang lain sehingga m...

Lima Ciri Komunitas Sehat

Community in Christ Apa strategi Yesus dalam menyebarkan ajaran-Nya? Kalau kita melihat narasi dari kisah kehidupan Yesus yang didokumentasikan dari ke-4 injil, maka seorang akan sampai pada satu kesimpulan bahwa Yesus tidak membuat strategi yang bombastis dan keren. Yesus menghabiskan 3.5 tahun pelayanan hanya dengan beberapa orang murid yang nantinya menyebarkan kekristenan di dunia. Kalaupun bisa disebut kunci sukses, kelompok kecil dan komunitas itulah menjadi strategi utama Yesus.  Seiring dengan perkembangan gereja, para murid di Kisah Para Rasul mulai meniru apa yang Yesus ajarkan kepada mereka selama 3.5 tahun dan hasilnyapun luar biasa: jemaat bertumbuh secara kuantitas dan kualitas. Dalam blog ini kita ingin melihat apa yang menjadi ciri dari komunitas kelompok sel yang sehat. Komunitas berbeda dengan perkumpulan: anda tidak meminta maaf ke penonton kalau telat datang ke bioskop.   Coba kita lihat dari KIS 2:41, "orang- orang yang menerima perkat...

Apa Kita Tidak Boleh Menggerutu?

Picture is not mine. Taken from davidcannistraci.org Bangsa Israel Menggerutu. Allah Kirim Api. Di kitab Bilangan 11 kita membaca mengenai kisah bangsa Israel yang menggerutu mengenai ketidaknyamanan mereka di padang pasir, serta mereka teringat makanan yang mereka makan di tanah Mesir. Mereka menggerutu, bersungut- sungut, dan Tuhan marah. Tercatat di ayat 1, "menyalalah api Tuhan di antara mereka dan merajalela di tepi perkemahan." Rupaya Tuhan menganggap serius dosa menggerutu/ bersungut- sungut loh! Menggerutu pada dasarnya adalah sikap yang menyatakan ketidakpuasan manusia akan hidup. Pada Bilangan 11:4-6, kita membaca Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa- apa... Tetapi sekarang kita kurus kering... Bangsa Israel tidak puas dengan kondisi hidup mereka di padang gurun. Padahal oleh erangan mereka sendiri, TUHAN membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Menyatakan ketidakpua...