![]() |
Picture taken from kickvick.com. |
Firman Tuhan berkata di dalam Roma 12:15 mengatakan,
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis.Ini adalah nasihat yang diberikan oleh Paulus kepada jemaat di Roma untuk hidup sebagai seorang Kristen sejati. Mari kita renungkan sejenak, lebih mudah mana bersukacita dengan yang sedang gembira, atau bersedih dengan orang yang sedang berduka? Dugaan saya, kita lebih mudah bersimpatik dengan seseorang yang sedang bersedih.
Bersukacita Untuk Kesuksesan Orang Lain
Sebut saja anda dan kawan bisnis anda sama-sama memulai bisnis dari nol. Awal memulai sama-sama dalam derita dan suka duka yang sama, karena sedang membangun bisnis pertama. Setelah lewat tahun-tahun berjalan, rupanya kawan anda memiliki bisnis yang jauh lebih pesat perkembangannya dan omzetnya jauh melebihi omzet saudara. Semakin lama semakin naik, sedangkan bisnis anda segitu-segitu saja.Mulai timbul rasa iri dan kecewa, "kenapa dia lebih berhasil ya??"
Mulai ada rasa tidak suka dengan dia. Padahal dulunya mulai bersama-sama.
Suatu saat, kawan anda mengundang untuk peresmian kantor dan rumahnya yang baru, anda diundang untuk ikut bersukacita di dalam kegembiraannya. Anda datang, tetapi wajah anda tersenyum sedikit terpaksa karena hatinya lagi dongkol; sebal karena dia lebih sukses dari anda.
Saudara, analogi di atas menggambarkan sedikit Firman Tuhan di dalam Roma 12:15. Mudahkah kita bersukacita di dalam kesuksesan teman kita? Jawab dalam hati saja.
Tuhan mencari orang Kristen yang dewasa sebagai mempelainya, dan itu termasuk dewasa di dalam pengendalian emosi kita. Paulus menulis di 1 Korintus 3:3,
Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara duniawi?Orang Kristen yang sudah dewasa, dia sanggup bersukacita dengan yang bersukacita sekalipun itu melawan keinginan dagingnya. Mari renungkan kehidupan kita, dan berkaca kepada firman Tuhan. Paulus rindu setiap kita menjadi manusia rohani yang dewasa. Maukah anda berubah?
Comments
Post a Comment