Apa Ada Kebenaran?
Di jaman sekarang ini, banyak orang berbicara mengenai faham relativism. Apa itu? Tidak ada kebenaran yang absolut, semua serba relatif. "Apa yang saya anggap sebagai suatu kebenaran belum tentu dipandang sebagai kebenaran oleh orang lain". Akibatnya, manusia memegang kebenaran mereka sendiri sambil terus mencari segala sesuatunya.
Sebetulnya pertanyaan ini sudah ditanyakan sejak jaman Alkitab, bahkan ketika Pilatus mengadili Yesus, dia mempertanyakan hal ini juga. Di dalam Yohanes 18:37-38,
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"Kata kebenaran di sini menggunakan istilahAletheia yang memiliki arti sederhana: benar atas setiap kondisi dan situasi. Aletheia juga mengandung arti standard moral Allah dan tidak mengacu kepada standard budaya setempat. Dengan kata lain, Pilatus sedang menanyakan "apakah ada sebuah kebenaran absolut ?" Jelas ada! Tetapi Pilatus tidak berani mengambil sikapnya.
Apa Anda Siap Menerima Kebenaran?
Sebetulnya manusia secara natural akan mencari kebenaran itu sendiri. Pertanyaan mengenai "siapa saya?", "keman saya akan pergi?", dan "darimana asal saya?" adalah sebuah pertanyaan mencari kebenaran. Manusia tidak alergi dengan kebenaran, tetapi lebih kepada apakah mereka siap menerima kebenaran itu?
Sebagai ilustrasi: saya pencinta Indomie dan kalau teman- teman tahu, itu tidak baik kalau dimakan setiap hari--setidaknya itulah yang dikatakan oleh dokter kepada saya. Masalahnya, saya susah untuk terima nasehat itu. Karena saya suka makan mie instan dan bahkan di bungkusnya tertulis "mengandung vitamin ...." ! Nah, makin mantap saya makan Indomie ! Betul- betul selera saya. Tetapi kebenaran dari dokter adalah " ini tidak baik kalau dimakan terus menerus."
Orang Israel berdoa meminta agar Messiah datang dan menolong mereka, Yesus datang dan mewartakan kebenaran. Dia melakukan kebaikan, menyembuhkan orang, mengusir setan, dan mengabarkan Kabar Baik itu. Tetapi dunia tidak siap menerima kebenaran itu-- sama seperti saya tidak siap ketika dikatakan Indomie itu buruk bagi kesehatan.
Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, bahkan istrinya sudah mengingatkan dia untuk tidak menghukum Yesus (Mat. 27:18-19). Tetapi Pilatus tidak siap menerima kebenaran bahwa Yesus adalah "Raja yang Sejati itu."
Banyak orang merasa siap mengetahui kebenaran, tetapi tidak siap diubah oleh kebenaran itu.Yesus mengajarkan bahwa kebenaran itu akan memerdekakan setiap orang yang mempelajari dan mengalaminya (Yoh. 8:32). Kebenaran macam apa yang Yesus ajarkan?
Kebenaran Itu Menyakitkan
Ketika itu Yesus sedang hot- hotnya dibicarakan orang. Nabi yang sedang naik daun, yang lagi heboh di media massa; hampir setiap daerah yang Yesus kunj ungi selalu dipenuhi oleh orang berbondong- bondong ingin menyaksikan mujizat atau hanya sekedar mendengar pengajaran Yesus.
Tetapi Yesus malah mengucapkan sebuah kebenaran yang membingungkan dan menggemparkan banyak orang. Perkataannya bukanlah cara terbaik untuk mendapatkan dukungan massa. Tetapi Yesus tidak peduli, karena kebenaran itu menyakitkan.
Pada suatu kali banyak orang berduyun- duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridku.WAOW.. Perkataan yang menggemparkan dan menyinggung sekali! Tetapi Yesus tidak peduli tuh, dia tidak meminta maaf atas perkataannya. Dia tidak berusaha memperhalus perkataannya, malahan dia mempertegas lagi:
Demikianlah pulalah tiap- tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Luk. 14:25-35)Inilah kebenaran yang banyak orang tidak mau terima. Mereka hanya mau ikut Yesus untuk yang enak- enak saja. Mau ikut untuk berkatnya saja. Yesus sudah tahu itu, karenanya Dia memberikan standard untuk mereka yang mau menjadi murid-Nya. Hal ini yang membedakan sebuah fans dan murid. Fans tidak suka dengan syarat dan tanggung jawab yang diberikan, sebaliknya, seorang murid mengikuti apa yang gurunya katakan.
Jadi apakah saudara masih mau mengenal Kebenaran itu?
Comments
Post a Comment